Sacti Studio

Rick Hanes, Gitar Indonesia Yang Mendunia

Bagi anda pecinta musik dan alat musik, khususnya para gitaris, memiliki gitar bermerek dengan harga selangit adalah dambaan atau impian. Karena itu ada sederet merek gitar, seperti Ibanez, Gibson, Fender, Yamaha, Ovation, Hofner dan lain sebagainya. Namun tidak banyak yang mengenal gitar dengan merek RICK HANES atau Rockstone.


    Rick Hanes, gitar elektrik buatan dalam negeri ini berbeda dengan jenis gitar elektrik lainnya. Gitar Rick Hanes tidak menggunakan efek untuk menghasilkan distorsi nada. Namun, gitar jenis ini sebagai penghasil suara menggunakan gadget, kebetulan adalah gadget keluaran Apple.

    Berkat inovasi itulah yang mengantarkan gitar  produksi Tambak Sawah, Waru, Sidoarjo tersebut mendapat tempat terhormat dalam belantika musik dunia. Hal ini terlihat dari prestasi yang di raih gitar Rick Hanes dalam salah satu event tahunan, Rick Hanes meraih 4 gelar dan predikat Guitar of The Year 2012 oleh www.guitar-planet.co.uk, setelah mengalahkan 362 jenis gitar dari 52 merek gitar ternama. Rick Hanes berhasil menggusur Gibson, Fender, dan Ibanez yang lebih dulu dikenal di dunia. Gitar Rick Hanes yang menyabet juara antara lain :

1. Juara Pertama adalah Rick Hanes Chris Bickley DR Pro (sebagai Guitar of The Year 2012)



2. Juara kedua Rick Hanes Avenix


3. Juara ketiga adalah Rick Hanes DR Medium


Begitu juga dengan gitar tipe Rick Hanes Chris Bickley DR Pro menyabet juara kategori Artist Series atau Artist Signature Guitar of The Year 2012.


Di balik kesuksesan Gitar Rick Hanes, adalah lelaki bernama Doddy Hernanto atau akrab dipanggil Mr. D. Dalam menciptakan karyanya ini Mr. D dibantu adik iparnya, Tommy Kaihatu. Dimana usaha yang dijalankannya baru 2 tahun itu bisa bersaing dengan brand ternama yang ada didunia. Mr. D selaku VP Artist Relationship and Business Development, Rick Hanes, menyatakan, gitar yang diproduksi lima seri tersebut fokus mengincar pasar Amerika dan Eropa sehingga penghargaan ini merupakan kebanggaan tim produksi Rick Harnes. Pada salah satu gitar Rick Hanes, Mr D juga menggabungkan sebuah gadget dengan gitarnya.


     “Dalam kontes itu, gitar dipilih berdasar design atau estetikanya, sound dan play ability. Ini semua yang dimiliki Rick Hanes. Dan tak salah, Rick Hanes ini juga menjadi pilihan gitaris nasional dan dunia. Untuk menjaga kualitas, kata Doddy pabrik gitar biasanya menerapkan tiga hal penting dalam produknya. Yakni, play ability, sound character, dan estetika. Namun, baginya, itu belum cukup. Karena pihaknya juga menambahkan dua unsur yang tidak kalah penting. Yaitu, durability dan strength. Begitu juga dalam teknologi, mereka ingin menjadi pionir sebagai produsen gitar canggih. Karena itu, Doddy selalu memberikan space dalam produknya untuk dihubungkan dengan teknologi terkini. Yang terbaru, mereka bekerja sama dengan Seymour Duncan, perusahaan pembuat teknologi gitar dan efek ternama asal AS. 

      Teknologi itu sudah dirasakan banyak gitaris andal Indonesia. Di antaranya, dewa gitar Indonesia I Wayan Balawan atau akrab disapa Balawan, Taras Bistara gitaris TRIAD, Aji Broken Bone, Donny Suhendra, Irul Five Minute dan lainnya. Bahkan Buddy Blaze yang juga perancang gitar Jimmy Page dari Led Zeppelin, sudah berkunjung ke pabrik kami di Tambak Sawah dan memuji serta mengaguminya,” ujar Mr D, pemusik yang dikenal dengan permainan slapping typing atau permainan gitar satu jarinya. 

     Untuk menjaga kualitas, kata Doddy pabrik gitar biasanya menerapkan tiga hal penting dalam produknya. Yakni, play ability, sound character, dan estetika. Namun, baginya, itu belum cukup. Karena pihaknya juga menambahkan dua unsur yang tidak kalah penting. Yaitu, durability dan strength.

     Mr D yang ditemui di Starbucks Coffee Tunjungan Plaza, Selasa (15/1/2013) ini sangat khawatir jika Rick Hanes karya anak bangsa yang sudah dikenal dunia ini justru jadi tamu di negeri sendiri. Sebab, sebelum Rick Hanes yang di bagian dalam leher gitarnya ditancapkan bahan Carbon Graphite bahan pembuat body pesawat ulang-alik NASA sehingga gitar ini tahan banting dan tak mudah patah meraih predikat juara di Guitar Planet-UK, gitar ini memang diremehkan di negeri sendiri. “Orang akan bangga jika memiliki Ibanez, sementara Rick Hanes dianggap produk lokal tak berkualitas. Tapi kini, dengan predikat juara itu, pihak luar negeri, Inggris, banyak yang membukukan tentang Rick Hanes. Gitar buatan kita ini diakui di dunia. Kita patut bangga, karena berhasil membawa dan mengangkat nama bangsa,” aku Mr D. Sementara di pabrik di Tambak Sawah, untuk membuat batang gitarnya menggunakan mesin buatan Jerman dan ini hanya ada di Jepang dan Indonesia saja. Mesin ini mampu menstabilkan gitar. Begitu juga dengan pewarnaan body gitar, berbeda dari gitar kebanyakan. Tiap gitar memiliki warna dan motif yang berbeda. Karena itu ada disediakan custom guitar dan mass product. Masyarakat pun bisa memilih. 


Jika Rick Hanes dibandrol dengan harga sekitar 1.250 USD, maka untuk anak bangsa bisa memiliki Rockstone yang tak kalah kualitasnya dengan Rick Hanes karena memang satu pabrik. Untuk Rockstone dibandrol dengan harga Rp3 jutaan. Selama dua tahun merintis usaha Rick Hanes, kini tinggal menikmati hasilnya. “Kita sambil jalan selama dua tahun itu terus melakukan ujicoba dan membuat inovasi baru. Memang di negeri sendiri, hasil karya ini belum dikenal luas masyarakat, tapi di luar negeri sudah dikenal. Belum lama ini, Rick Hanes dilirik Kementerian Perindustrian, tapi belum ada tindaklanjutnya.


sumber :



READMORE
 

Avenged Sevenfold (A7X) Kembali Konser di Indonesia


    Setelah sempat batal menggelar konsernya di Indonesia pada bulan Mei 2012 lalu, band beraliran cadas yang beranggotakan M Shadows (vokal), Synyster Gates (gitar), Zacky Vengeance (gitar), Johnny Christ (bas) dan Arin Ilejay (drum), kembali akan menggelar konser di Jakarta
     Pembatalan yang sempat terjadi di tahun 2012 lalu sebetulnya karena terdapat masalah dalam kontrak kerja sama yang merugikan mereka, beberapa jam sebelum dimulai konser pun dibatalkan. Di akhir tahun 2013 tepat pada saat peluncuran video klip Shepherd of Fire, A7X mengungkapkan penyesalannya atas pembatalan konser tersebut dalam akun Facebook-nya. Mereka berjanji akan mengatur ulang jadwal konser dan akan kembali ke Indonesia secepatnya.

     Dan benar saja, beberapa waktu yang lalu A7X akhirnya mengumumkan jadwal konsernya di website mereka www.avengedsevenfold.com dan Indonesia akan menjadi salah satu destinasinya. Bekerja sama dengan promotor Dyandra Entertainment, konser bertajuk “Avenged Sevenfold 2015 Tour of Southeast Asia” akan digelar pada tanggal 18 Januari 2015 di Parkir Timur Senayan, Jakarta.





    Band papan atas asal California, Amerika Serikat ini telah menerima banyak penghargaan Diamond, Platinum, dan Gold untuk penjualan album mereka di berbagai negara. Selain itu, A7X juga terkenal sebagai band yang memiliki penampilan spektakuler dalam setiap konser mereka. Setiap konser yang mereka gelar selalu sold out, termasuk konser-konser di arena yang cukup bergengsi seperti Wembley Arena (UK). Hal ini tentu menjadi alasan yang membuat para penggemar A7X sangat menantikan konser Januari mendatang.

      Tiket konser sudah dijual sejak tanggal 6 November 2014 pukul 16.00 dengan harga Presale yaitu VIP Festival Rp.600.000 dan Regular Festival Rp.500.000 (exclude Tax 10% dan biaya administrasi Rp.10.000). Untuk memantau informasi lebih lanjut bisa mengakses website www.dyandraentertainment.com/avengedsevenfold atau Twitter @DyandraEnt.


READMORE
 

Gary Moore, One Of The Blues Legend (In Memorian)

Nama Lengkap        : Robert William Gary Moore
Tempat & Tgl Lahir : Belfast (Irlandia Utara), 4 April 1952
Gitar Yang Digunakan : Hamer, Gibson Les Paul, Fender Stratocaster
Gaya Permainan       : Hard Rock dan Blues Rock
Grup Band Sebelumnya : Skid Row


     Gary Moore adalah salah satu gitaris hard rock yang berpindah haluan ke blues. Bila dibandingkan dengan kebanyakan gitaris blues rock yang lain, Gary bisa dibilang adalah salah satu yang terbaik dalam pemilihan nada. Nada-nada yang dihasilkan sangat penuh dengan emosi, dengan dipadukan sedikit teknik gitar virtuoso. Relatif tak dikenal di Amerika, namun permainannya sungguh luar biasa, permainannya juga banyak mengilhami gitaris-gitaris yang lebih muda seperti Paul Gilbert (Racer-X), Jake E. Lee, Vivian Campbell (Def Leppard), Richie Kotzen, Pay, dll.
Dia pertama kali tertarik dengan musik rock n’ roll setelah menyaksikan penampilan Elvis Presley dan The Beatles. Kemudian dia mempelajari permainan dari dua master gitar rock & blues, Jimi Hendrix dan John Mayall.

Giat bermain gitar dan tampil di beberapa tempat tanpa sengaja bakat bermain gitarnya terlihat oleh Peter Green yang akhirnya menjadi pembimbing musik Gary. Peter Green inilah yang kemudian menjadi pembimbing musik Gary. Green kemudian memperkenalkan Gary pada dunia bisnis musik dan juga pada musisi-musisi yang lebih senior di Irlandia. Kemudian Gary membentuk band pertamanya, Skid Row dan pindah ke Dublin. Pada tahun 1970 dia dan bandnya dikontrak oleh CBS sampai mengeluarkan 3 album. Debut mereka tersebut justru tidak dimulai di kota itu melainkan di London, Inggris. Ternyata album ini cukup diminati di Inggris dan hal tersebut membuat mereka keliling tur beberapa negara Eropa dan Amerika. Meskipun masih menjadi personel Skid Row, Gary juga turut berpartisipasi dalam pembuatan album Heavy Petting milik grup Irlandia, Dr. Stangley. Album kedua Skid Row, 34 Hour menempatkan Skid Row menjadi pemuncak tangga lagu versi majalah Irlandia, New Spotlight. Sayangnya, saat band ini mulai merekam album ketiganya dan merencanakan tur untuk yang ketiga kalinya di Amerika, Gary memutuskan untuk keluar dari grupnya dan bersolo karir pada tahun 1972.


Tahun 1973 merupakan masa yang bersejarah dalam karir Gary. Pasalnya, di tahun inilah ia bersama grupnya, Gary Moore Band (yang beranggotakan Pearse Kelly pada drum dan John Curtis pada bass) merelease album perdananya, Grinding Stone. Di grup ini Gary bertindak sebagai vocalis dan gitaris. Tak hanya itu, ia juga mulai berkolaborasi dengan musisi lain seperti Thin Lizzy sampai Phil Lynnott’s. Gary juga berpartisipasi dalam pembuatan album milik Eddie Howells yang bertitle Gramophone Record (1973). Ia juga kemudian bergabung dalam grup Colosseum II yang beranggotakan Don Airey (keyboard/Deep Purple), Jon Hiseman (drum), dan John Mole (bass). Namun lagi-lagi Gary hanya tampil dalam 3 album yaitu Strange New Flash, Electric Savage, dan Dance War. Dia kemudian memilih bergabung dengan Thin Lizzy yang sedang tur di Amerika juga sebagai band pembuka konser grup rock legendaris, Queen.






Pada periode tahun 1978, Gary tampil dalam 3 karya artis rekaman yang berbeda, Variations milik Andrew Lloyd Webber, Moving Home milik Rod Argents, dan Electric Glide milik Gary Boyle. Di tahun yang sama pula Gary Moore merelease album keduanya (setelah 5 tahun bersolo karir) Back On The Streets yang secara mengejutkan berhasil memasuki Top Ten U.K in May 1979 yang mengandalkan tembang andalan Parisienne Walkways. Kemudian Gary kembali bergabung dengan Thin Lizzy untuk yang terakhir kalinya dan mengeluarkan album, Black Rose. Setelah itu ia kemudian benar-benar bersolo karir.  Dia kemudian merelease beberpa album yang cukup sukses : Corridors of Power (1982), Victims of the Future (1983),  We Want Moore! (1984), Run for Cover (1985), Wild Frontier (1987), dan  After the War (1989). Pada tahun 1983 Gary juga ikut ambil bagian pada album solo Cozy Powell, Octopuss. Album-album solo Gary secara umum berhasil sukses di pasaran. Album Wild Frontier memperoleh penjualan yang bagus dan mendapat pujian dari para kritikus musik dengan melempar 2 hits single Friday on My Mind dan satu lagu instrumentalis The Loner yang mellow namun penuh dengan penjiwaan. Gary juga sempat menghadiri ajang musik rock bertaraf dunia, Monster of Rock! bersama grup-grup cadas macam AC/DC, Van Halen, dan Ozzy Osbourne pada tahun 1984.

Tahun 1990 adalah tahun yang merupakan tonggak bersejarah karena pada tahun inilah nama Gary Moore mulai dikenal lebih luas saat ia mengeluarkan album “Still Got The Blues” yang bernuansa blues rock harmonis. Album tersebut menjagokan hits dengan judul yang sama. Berbeda dengan album-album solo sebelumnya yang bernuansa hard rock, pada album ini Gary lebih menampilkan nuansa blues. Namun permainan bluesnya benar-benar menggetarkan dan mendapat perhatian banyak kalangan. Album ini tercatat juga sebagai album tersukses Gary secra komersil. Dalam album ini juga Gary menampilkan guest star Albert Collins, Albert King, dan George Harison. Setelah itu namanya semakin berkibar diseluruh dunia dengan permainan blues rock yang bernada harmonis.



Album-album berikutnya adalah After Hours (1992), Blues Alive (1982) dan album penghormatan untuk Peter Greeny yang merupakan orang terpenting dalam karir musiknya, Blues For Greeny (1995), Dark Days In Paradise (1997), dan masih banyak lagi album Live dan The Best Hitsnya.
Nama Gary Moore memang masih kalah tenar bila dibandingkan dengan dewa gitar lainnya seperti Eric Clapton, B.B. King, Jimmy Page atau Jimi Hendrix. Namun banyak pihak yang mengatakan bahwa Gary adalah salah satu gitaris blues rock yang terbaik dalam pemilihan nada-nada dan penggunakan teknik gitar.
READMORE
 

Cool Concert - Metallica Live at Antartica

Acara ini digelar dalam sebuah kubah kecil di dekat sebuah heliport di Research Base Carlini .

     Metallica memainkan konser terdinginnya. Konser Metallica ini menjadi mereka band pertama yang tampil di tujuh benua.


     Acara yang berlangsung pada tanggal 8 Desember tersebut diselenggarakan di dekat sebuah heliport di
Carlini  Argentina di King George Island . 10 lagu telah disiapkan oleh Coke Zero untuk dipentaskan dalam sebuah kubah kecil untuk melindungi orang di dalamnya dari angin yang keras dan salju .

     Para penonton terdiri lebih dari 100 termasuk ilmuwan dari seluruh dunia dan 19 pemenang dari kontes Coke Zero di Argentina, Chile, Kolombia, Kosta Rika dan Meksiko . Fans bisa masuk dengan berbagi , pada halaman Twitter, semua demi bisa bergabung dengan ekspedisi sekali dalam seumur hidup bersama salah satu band rock terbesar sepanjang masa ini.



     Para pemenang yang beruntung berangkat dengan kapal pesiar yang dilengkapi khususnya di Tierra del Fuego dan setelah mengambil dalam lanskap indah dan belajar dari para peneliti , mencapai benua beku beberapa hari kemudian .


     Untuk memenuhi program internasional
Antartika untuk melestarikan lingkungan, Metallica memainkan selama satu jam acara tanpa ampli. Audio ditransmisikan ke penonton melalui headphone .

     " Ini adalah acara yang paling unik yang pernah dilakukan Metallica , " band ini menulis di halaman Facebook -nya . " Energi di kubah kecil sangat mengagumkan ! Kata-kata tidak dapat menggambarkan betapa bahagianya semua orang . "


      Acara ini juga disiarkan secara langsung di Amerika Latin melalui www.coca - cola.tv dan www.coca - cola.fm . Coke Zero akan menyumbangkan peralatan untuk laboratorium baru di dasar Carlini , yang berfokus pada penyelidikan ilmiah dan kerja sama internasional .Silahkan liat video full konsernya disini :


READMORE
 

Marlique Guitar

      Marlique, adalah satu merk gitar lokal yang dibuat oleh Toien Bernadhie R A yang bekerja sama dengan Ridho Hafiedz (gitaris Slank). Marlique adalah salah satu merk gitar ternama yang cukup dikenal luas di tanah air. Marlique pun kini sudah merambah ke luar negeri, mulai dari Australia, Denmark dan negara-negara eropa lainnya. Marlique mulai dikenal luas setelah banyak artis yang diendorse olehnya seperti Edwin Coklat, Ridho Slank, Sony J-Rock’s, Rama Nidji dan Eet Syaharani.
READMORE
 

Orianthi Panagaris, Gitaris Cantik Asal Australia

      Mungkin banyak dari anda yang sudah tidak asing lagi dengan gitaris wanita yang satu ini. Dialah Orianthi Panagaris, seorang gitaris wanita yang namanya melejit setelah berduet dengan Steve Vai dan Carlos Santana.

    Orianthi Panagaris lahir di Adelaide , Australia Selatan, sebagai seorang  keturunan Yunani dan Australia. Orianthi pertama kali belajar piano pada usia tiga tahun kemudian beralih ke gitar akustik pada usia enam tahun.
READMORE
 

Michael Learns To Rock Gelar Konser 3 Kota di Indonesia

  Jakarta - Band sweet pop rock asal Denmark, Michael Learn To Rock (MLTR) akan menggelar konser di tiga kota besar di Indonesia, yakni Balikpapan, Yogyakarta dan Surabaya.

   Jascha Ritcher, Mikkel Lentz dan Kare Wanscher akan menyapa penggemarnya di Balikpapan pada 29 November 2012 di Balikpapan Dome. Di Yogyakarta konser akan digelar pada 1 Desember 2012 di Yogyakarta Grand Pasific dan di Surabaya akan digelar pada 4 Desember 2012 di Surabaya Gramedia Expo. Jadwal tour MLTR di Indonesia juga bisa anda lihat di situs resmi MLTR di http://www.mltr.dk.
READMORE